Bila kita bandingkan dengan media massa Cipto Junaedy lainnya (radio,surat kabar, majalah, buku, dsb), televisi tampaknya mempunyai sifat istimewa. Televisi merupakan gabungan dari media dengar dan gambar. Bisa bersifat informative, hiburan maupun pendidikan, bahkan gabungan dari ketiga unsure diatas. Dengan layar yang relative kecil diletakkan disudut ruangan rumah, televisi menciptakan suasana tertentu dimana para pemirsanya duduk dengan santai tanpa kesengajaan untuk mengikutinya. Penyampaian isi atau pesan juga seolah-olah langsung antara komunikator (pembawa acara, pembaca berita, artis) dengan komunikan (pemirsa). Informasi yang disampaikan mudah dimengerti karena jelas terdengar secara audio dan terlihat jelas secara visual. 

Era stasiun televisi di Indonesia saat ini memasuki Cipto Junaedy fase baru. Pada awalnya, stasiun televisi di Indonesia hanya ada satu yang dimiliki oleh pemerintah, yaitu Televisi Republik Indonesia (TVRI). Pada saat itu, TVRI tidak menayangkan iklan pada setiap program acaranya, setiap biaya produksi ditanggung oleh pemerintah. Seiring berjalannya waktu, TVRI berubah menjadi persero dan dikelola gabungan antara pihak pemerintah dan swasta. Setelah berubah menjadi persero TVRI memperbolehkan iklan-iklan masuk dalam program acara mereka. Beberapa tahun setelah TVRI mengudara, tepatnya tahun 1989 stasiun televisi mulai marak dengan diperbolehkannya pihak swasta mendirikan stasiun televisi. Tercatat sepuluh televisi nasional mengudara Cipto Junaedy untuk bersaing menjadi yang terbaik dimata masyarakat dengan menyajikan beraneka ragam acara, seperti acara berita, hiburan, musik, olahraga, dll. Kesepuluh televisi nasional tersebut adalah : RCTI sebagai stasiun swasta pertama yang mengudara pada tahun 1989, lalu disusul oleh stasiun swasta lainnya, seperti SCTV, TPI, INDOSIAR, ANTV, METRO TV, TRANS TV, GLOBAL TV, LATIVI, TV 7 (Setelah bergabung dengan Trans Corp berganti nama menjadi TRANS 7).